0
Home  ›  Beranda  ›  Cerpen

DILAN


Ku tutup buku catatan ku seketika. Terhenyak aku dari lamunanku kala suara lirih terdengar menyapaku. "Amanda, ndak ikut latihan?" sapa kak Amira sambil berjalan santai menuju bangku di depanku. Tanpa bisa berkata kata, tanpa sadar aku ikuti gerak tubuh kak Amira mulai dari berdiri sampai duduk tepat di depanku. Tak sadar aku melihatnya tanpa berkata sepatah katapun. Dengan pandangan kosong aku masih menatapnya. Pikiranku melayang entah kemana. Seolah aku berada di dunia lain dimana tidak ada seorangpun di sekitarku. Melayang dan menuju alam yang sunyi dan tenang tanpa beban.  Sampai pada akhirnya suara kerasnya membuatku terhenyak dari lamunan. "Hey... Lagi mikirin siapa sih... Aku disini... " Sambil melambai lambaikan  tangan dihadapanku untuk meyakinkan kalo Aku tersadar dan tidak dalam lamunan. "Eh... Iya kak. Ada apa ya... ?" Sambil gelagapan aku bertanya sekenanya. Karena memang aku sendiri bingung dengan keberadaannya di depanku. Ngomong apa ya tadi kak Amira gumanku sambil mencoba mengingat kembali apa yang telah dia ucapkan kepadaku. Tapi semakin aku berusaha keras untuk mengingatnya, semakin pudar dan melayang tak karuan fikiranku. 

Ah, sudahlah fikirku. 

"Iya kak..." Jawabku sekenanya.

"Kamu Ndak ikut latihan ?" Tanya kak Amira kembali. 

"Iya kak ikut. Tapi... Aku nanti bareng kakak ya... ?" Jawabku lirih, sambil ku raih tangannya minta persetujuan untuk ikut nebeng motornya. "Iya... tenang aja, kak Dicky nanti biar tak suruh bareng yang lain aja" jawab kak Amira meyakinkanku. Kak Dicky itu bukan _schoolmate_ kak Amira dan aku sih, cuman biasanya Kak Dicky suka bareng sama temennya ke sekolah kita, lalu berangkat latihan bareng kak Amira. Kalau dilihat dari gelagatnya, kak Dicky seperti menaruh hati kepada kak Amira. Tapi kak Amira sejauh ini kalau di perhatikan, menganggap semua teman cowok itu _bestfriend_ termasuk kak Dicky. Tapi memang kak Dicky nya aja yang suka curi curi kesempatan supaya bisa dekat Kak Amira. 

"Bener ya kak... Nanti kalo kak Dicky datang, bilang kakak Ndak terima orang nebeng. Karena udah ada yang nebeng duluan... ", pintaku ke kak Amira.

"Iya, iya.. tenang aja. Dijamin beres... ", Seru kak Amira meyakinkanku.

"Ya udah, ayo kita bersiap. Kita tunggu di depan aja. Siapa tahu mereka udah pada datang", ajak kak Amira sambil berdiri dari tempat duduknya. 

"Iya kak, ayo", jawabku sambil   kuraih agenda yang dari tadi masih ada di meja dan  kumasukkan ke dalam tas. Segera ku tenteng tas ranselku yang hari ini terasa lebih ringan dari biasanya. Karena memang pada saat latihan seperti ini tidak banyak yang aku bawa. Paling cuma agenda dan alat tulis. Berbeda dengan hari biasa saat aku pakai sekolah. Selain alat tulis, begitu banyak buku yang aku bawa, mulai dari buku tulis sampai buku paket dan LKS. Itupun sehari bisa sampai 3 mata pelajaran. Kebayang kan berapa banyak buku yang harus aku bawa ke sekolah setiap harinya. Dan pastinya beban tasku semakin bertambah.

Sambil melenggang menyusuri lorong kelas, kumainkan tas yang ada di pundak ku. 

"Auh... Manda, sakit!", Teriak kak Amira kearahku sambil memegang punggungnya karena kesakitan. 

"Maaf kak... Gak sengaja... Maaf, maaf.. ", mohonku berulang-ulang.

"Makanya... Kalau jalan jangan banyak tingkah. Fokus aja ke depan", gerutu Kak Amira sambil terus berjalan. 

"Iya kak... Iya... Janji gak bakal aku ulang lagi...", Jawabku sambil ku elus pelan punggung kak Amira sembari terus berjalan.Tak berapa lama sampailah kami di depan kantor sekolah dan kak Amira langsung  menempati bangku yang ada. Aku hanya terdiam sambil memandang ke arah pagar sekolah. Tak berapa lama, terdengar suara motor masuk ke halaman. Terlihat dua orang laki laki berpakaian Pramuka lengkap sambil menenteng tas ransel dan memakai topi baret  berboncengan. Mereka kak Dicky dan kak Dony.

"Udah lama nunggu nya ? ", sapa kak Dicky dengan ramah. 

"Lumayan lah... Gak begitu lama kok", jawab kak Amira lirih. 

"Ya udah ayo berangkat, biar gak telat sampah di Gudep", ajak kak Dony sambil berbalik kearah motornya.

"Ayo...", Seruku sambil bergegas menyusul kak Dony dan meninggalkan kak Amira yang dari tadi masih belum beranjak dari tempat duduknya.

Seperti yang sudah direncanakan, Aku berboncengan dengan kak Amira dan kak Dony berboncengan dengan kak Dicky.  Di sepanjang jalan motor kami berjalan beriringan. Sambil ngobrol santai, tidak sadar kami sudah sampai tujuan. Memang tidak terlalu jauh jarak antara sekolah dengan Gudep. Sekitar 4-5 kilometer atau sekitar lima belas menit di kondisi jalan normal.

"Alhamdulillah.... Akhirnya sampai juga", celetuk Kak Dicky sambil membuka helmnya. "Iya, untung Ndak macet", jawab kak Dony santai. "Coba aja macet, pasti kita terlambat sampai sini", seru kak Amira sambil melihat sekeliling. "Kok,sepi... Pada kemana yang lainnya", tanya kak Amira. "Iya ya... Pada kemana semuanya", jawabku keheranan. "Apa jangan jangan.... ", Lanjutku sambil berfikir. "Sudah mulai kegiatannya..!! ", lanjut kak Amira kaget. "Wah... Iya... Jangan jangan udah pada kumpul di belakang!," Tambah kak Dicky. "Nah... Tuhh... Itu maksudku...!!", Lanjut kak Dony sambil bergegas meninggalkan kami semua menuju aula belakang. Kamipun segera menyusul kak Dony sembari berlari kecil. Di sepanjang jalan menuju aula kondisinya sangat sepi. Dan benar saja semua sudah berada di dalam aula. 

"Ah... Terlambat", pikirku resah. Kok bisa ya terlambat, harusnya kan masih belum dimulai. Apa jadwalnya di majukan ? Pikirku tak karuan. Sampai akhirnya suara seseorang menyadarkan ku. "Salam Pramuka!". Ku angkat mukaku mencari asal suara itu. Dan suara itu berasal dari dalam ruangan. "Masuk manda", lanjutnya. "Iya kak... Maaf telat", suaraku lirih sambil kulihat didalam aula. Semua pada menoleh ke arahku yang masih kebingungan. "Duduk Manda, materi segera dimulai ", tambah nya. "Iya kak makasih", jawabku sambil mencari posisi tempat duduk yang aku anggap paling nyaman. "Sini Manda", suara yang sangat aku kenal menyapaku. Aku menoleh kearah tersebut. "Dilan...!!", teriakku pelan. Kok dia udah datang pikirku. Biasanya kan dia datang sekitar jam 15.00. Tapi sekarang kok sudah ada di ruangan. Pikirku heran. Jujur sich... Aku seneng banget  melihat dia sudah ada di aula. Apalagi melihat wajah tampannya yang selalu membuat aku memikirkannya. Sudah ganteng, cool dan perhatian. Aku merasa perhatiannya kepadaku selama ini berlebihan. Tapi aku suka sich... Dari hal hal kecil dia selalu tanyakan. "Udah makan Manda", "udah sholat Manda",  "ayo ikut aku. Aku mau cerita sesuatu", "aku punya hadiah buat kamu", semua kata kata yang ia lontarkan kepadaku, bagiku itu menjadi bukti perhatiannya kepadaku. Jujur sich, aku suka banget kalau dia perhatiin aku seperti itu. Sambil  tersenyum hangat dia  melambaikan tangannya kearahku. "Sini...", suaranya lirih.  Sambil menarik tanganku pelan supaya duduk disampingnya. "Sini aja sama aku..", bisiknya ke telingaku. Akupun tak kuasa untuk berkata kata. Seperti orang yang terhipnotis. Hanya anggukan kepala spontan yang menandakan bahwa aku setuju. Dia pun tersenyum kepadaku. Sambil kubalas senyumnya akupun mulai menata tempat dudukku.

Tak terasa hampir satu jam  kami berada di dalam ruangan. Tapi aku tidak tahu pasti bahasan apa yang disampaikan kak Damar. Pikiranku melayang tak tahu entah kemana. Antara memikirkan Dilan yang saat ini duduk di sampingku atau memperhatikan kak Damar yang sedang memberikan materi. Terlihat wajah serius Dilan menyimak materi yang disampaikan kak Damar. Sesekali kulirik laki- laki yang sempat membuat jantungku berdebar-debar itu. Tapi sepertinya dia tidak memperhatikanku sama sekali. Serius amat sich pikirku sambil perlahan kutarik bola mataku kembali memperhatikan ke depan.

"Nanti temenin aku ya", bisikan lirih ditelingaku menyadarkan lamunanku. "Eh... Iya kemana", jawabku sambil tersenyum senang. "Aku pengen ngobrol sama kamu", jawabnya lembut. "Hanya kita berdua, gak ada orang lain", tambahnya sambil tersenyum menggodaku. Kuperhatikan wajahnya dengan seksama sambil berusaha menembus alam pikirannya. Seolah aku ingin tahu  jawaban pasti  akan perkataannya. Ada perasaan lega menyelimuti hatiku. Serasa tenang menatap wajahnya. Sambil tersipu malu aku anggukkan kepalaku sembari ku permainkan kedua jemariku. Aku nggak mau terlihat salah tingkah di hadapannya. Tapi jujur, hatiku berbunga bunga saat dia mengatakan itu.

"Iya...", spontan kata itu keluar dari bibirku mempertegas anggukan kepalaku kepadanya. 

Tak berapa lama terdengar suara kak Damar  menutup acara. "Baik teman teman, kita cukupkan materi hari ini, kita lanjutkan minggu depan", seru kak Damar menutup kegiatan. "Sekarang bisa istirahat, sholat, makan. Dan jangan lupa jam 13.00 kita ketemu lagi untuk materi lanjutan", tambahnya masih di posisi siaga sembari menunggu respon peserta.  "Siap kak Damar...!!?". Suara peserta menjawab pertanyaan kak Damar. Dan kamipun beranjak meninggalkan aula. Ada yang berjalan kearah mushola ada juga yang langsung menuju jalan  depan untuk makan siang. "Ayo kita kesana", ajak Dilan sambil meraih tanganku menuju taman samping. "Ayo...", Jawabku sambil berjalan mengikutinya. "Duduk sini aja ya...", Seru dilan sambil membersihkan tempat duduk untukku. "Duduk Manda... ", Seru Dilan sambil menempati bangku tepat di depan tempat dudukku. "Iya makasih... ", Jawabku sambil duduk di bangku yang sudah disiapkan  Dilan. "Manda...", Ucap Dilan membuka percakapan. "Iya Dilan... Ada apa ?!", Jawabku santai. "Aku mau bicara sesuatu..." Jawab Dilan sambil  terus memandangku. "Iya Dilan... Mau bicara tentang apa...?", Jawabku pelan sambil kutatap wajahnya yang dari tadi menatapku. Tanpa disadari kamipun saling menatap satu sama lain. Tak tahu sampai berapa lama adegan itu terjadi. Kamipun tidak tahu apakah ada temen lain yang melintas dan melihat kami dalam posisi saling menatap ataukah tidak. Kami merasa seolah hanya kami berdua ditempat itu.

"Manda... Aku mau bilang sesuatu... ", Kata Dilan. 

"Iya... Mau bilang apa?", Jawabku pelan.

"Aku mau bilanggg... kalau aku merasa nyaman di dekat kamu. Aku selalu ingat kamu di setiap aktifitasku. Seolah-olah.... Kamu ada di setiap langkahku", lanjutnya pelan sambil menatapku dalam. Seolah dia ingin mencari jawaban atas apa yang sudah dia katakan.

"Bagus dong... ?!", Jawabku menggoda sambil ku lepas senyum kecilku untuknya. 

"Bagus gimana ?", Tanya Dilan sedikit kebingungan.

"Ya baguslah...?! Itu artinya aku spesial buat kamu. Iya kan... ??", Jawabku menggoda sambil ku letakkan tanganku diatas tangannya perlahan.

"Iya Manda... Memang kamu spesial buat aku", jawab Dilan serius. Aku masih tak percaya dengan apa yang aku dengar. Dengan penuh keyakinan dia ucapkan itu padaku. Seolah tidak ada keraguan sedikitpun. Dia begitu percaya kalau aku akan mengutarakan hal yang sama kepadanya.Dia terus menatapku dan membalas pegangan tanganku. Seakan akan dia tidak ingin memberi kesempatan padaku untuk mengutarakan isi hatiku. "Manda.. _I love you_... _I love you so much_...", Ucap Dilan dengan percaya diri. Seolah tak percaya dengan apa yang aku dengar, aku mencoba meyakinkan perkataan Dilan barusan. "Apa Dilan...?" Tanyaku.

"_I love you_ Manda", seru Dilan meyakinkanku.

"Kamu...?! Sama kan ... ?!", Tanya Dilan meminta jawabku. 

"Iya...", Jawabku pelan sambil tersipu. 

"Iya apa... ?!", Goda Dilan sambil tersenyum. 

"Iya itu... Sama...?!", Kataku gelagapan sambil spontan ku cubit tangannya. 

"Nah... ini nich... Anak perempuan... bilang iya aja, pakai nyubit segala", tambahnya menggodaku.

Aku pun tertawa mendengar ucapannya. Seolah tidak butuh jawaban lagi, Dilan pun ikut tertawa lepas sambil memandang dan memegang tanganku.

Penulis 🫴 Aniwati

Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS