0
Home  ›  Beranda  ›  Cerpen

Cerpen | Seragam yang Kupeluk dalam Sepi | Part 1 | 15/07/2025


Judul: Seragam yang Kupeluk dalam Sepi – Part 1

PnC - Hujan turun pelan-pelan sore itu. Derasnya tak begitu kentara, tapi cukup membuat langit Surabaya kelabu. Di teras rumah kontrakan mungilnya, Anisa duduk sambil memeluk secangkir teh yang mulai mendingin. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya menyimpan letih yang tak mudah dijelaskan.

Sudah satu setengah tahun berlalu sejak suaminya, Letnan Dua Arga Pratama, ditugaskan ke Kalimantan. Tepatnya di pedalaman Kalimantan Tengah, dalam misi pengamanan daerah perbatasan yang penuh risiko dan rahasia negara. Di awal perpisahan, komunikasi masih lancar, bahkan hampir tiap malam mereka saling mengirim suara lewat pesan singkat.

“Aku rindu kamu, Nisa. Doakan aku selalu ya…”
Begitu suara terakhirnya, sebulan yang lalu. Setelah itu, sunyi.

Anisa masih ingat hari pernikahan mereka dua tahun lalu. Dengan seragam dinas yang gagah, Arga mengucapkan ijab kabul dengan mantap. Semua tamu menitikkan air mata, bangga pada cinta yang menguat di balik perjuangan. Ia tahu menjadi istri tentara artinya siap mencintai dalam kesendirian, siap merindu dalam pengorbanan.

Tapi ia tidak pernah membayangkan kesendirian itu akan segetir ini.

**

Awalnya, Anisa tak mengeluh. Ia mengisi hari dengan bekerja sebagai guru honorer dan mengikuti pengajian ibu-ibu setiap Jumat. Dalam doanya, nama Arga selalu disebut, agar sehat, agar kuat, agar pulang dengan selamat.

Namun sejak enam bulan terakhir, ada sesuatu yang berubah.

Pesan-pesan Arga semakin jarang. Telepon mulai berkurang. Alasan sibuk tugas selalu jadi penutup percakapan yang singkat. Dan perlahan, bahkan suara lembut itu tak lagi mampir di telinganya.

“Maaf, aku tak bisa bicara lama… Ada operasi dadakan,”
“Maaf, jaringan sulit di sini…”

Lama-lama, hanya pesan-pesan pendek, dingin, dan kering. Tanpa pelukan kata, tanpa kehangatan.

Sampai suatu hari, seorang rekan suaminya diam-diam menghubungi Anisa melalui media sosial.

“Maaf Bu, saya hanya ingin menyampaikan… mungkin Ibu sudah tahu. Pak Arga sekarang dekat dengan perempuan lokal di Kalimantan. Seorang wanita Dayak yang sering terlihat bersama beliau.”

Deg.

Anisa tak langsung percaya. Tapi malam itu ia menangis dalam diam. Ia membuka kembali semua chat yang tak dibalas, telepon yang ditolak, bahkan status media sosial yang tiba-tiba dikunci. Semua mulai terasa masuk akal.

**

Puncaknya adalah ketika ia menerima surat dari Arga. Bukan surat cinta seperti dulu, tapi surat gugatan cerai. Tanpa penjelasan panjang. Tanpa alasan yang tulus. Hanya beberapa baris kalimat formal, dan tanda tangan seorang pria yang dulu ia cintai sepenuh hati.

“Saya merasa tidak bisa melanjutkan rumah tangga ini karena perbedaan visi. Mohon dimaklumi.”

Air mata tak lagi mengalir. Hati Anisa sudah kering, remuknya sudah sampai batas. Tapi ia tahu, dirinya tidak kalah. Ia hanya diuji. Cinta yang dipeluknya selama ini ternyata hanyalah seragam… seragam yang tak setia sepertinya.

Di luar, hujan masih turun pelan. Dan Anisa… tetap duduk diam, menatap jalan kosong.

Namun dalam diamnya, ia mulai berjanji:
"Ini bukan akhirku. Ini awal aku bangkit. Tanpa dia, aku tetap bisa berdiri."

(Bersambung ke Part 2...)

@alfanancy15725

#KisahPerempuanTegar
#IstriPejuang
#CintaDalamSepi
#DitinggalKarenaTugas
#HatiYangTerluka
#SetiaNamunDisiaSiakan
#PelukRinduTanpaArah
#KisahNyataPerempuan
#WanitaBerhijabTegar
#CerpenHatiPerempuan
#ReelsIndonesia
#CeritaPendek
#FYP
#HijabStory
#CerpenViral
#MilitaryWife
#StrongMuslimWoman
#SilentStruggles
#BrokenButBrave
#LoveAndLetGo
#HijabiStrength
#TearsBehindSmile
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS